Senin, 21 Maret 2016

makalah penyakit pada ternak sapi oleh parasit

TUGAS MAKALAH
ILMU PENYAKIT DAN KESEHATAN TERNAK
(Penyakit Yang Disebabkan oleh Parasit Eksternal pada Ternak Sapi)
Description: Description: C:\Users\Windows 8\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\images.jpg

Oleh:
Nama                        : NURBAYA
NIM                          : 60700114001
Kelas                         : A



JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “penyembelihan ternak secara islami”. Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kami Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam terang benderang.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan tugas makalah ini. Kami sadari tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun istilah-istilah yang kami tuangkan di dalamnya, sehingga kami meminta kritik dan saran dari para pembaca guna kesempurnaan makalah kami yang selanjutnya. Sekian, semoga bermanfaat buat kita semua. Amin.
Waalaikumssalam wr.wb.

                                                                                             Samata, 12 Maret 2016
                                                                                 
                                                                                             
  NURBAYA



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal  karena beberapa penyebab dan terbagi atas  2 kelompok yaitu penyebab dari dalam  (internal ) dan  luar (eksternal) . Penyakit internal meliputi genetic,  sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi  penyakit pathogen  (parasit,  jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan  dan nutrisi).
Parasit adalah suatu organisme lebih kecil yang hidup menempel pada tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Parasit merupakan organisme yang hidupnya merugikan induk semang yang ditumpanginya. Keberadaan parasit dalam tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya sebagai parasit. Ada beberapa sifat hidup dari parasit seperti parasit fakultatif, obligat, insidentil temporer dan permanen. Penyebarannya di atas permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya siklus hidup, iklim, sosial budaya atau ekonomi dan kebersihan. Biasanya hospes atau induk semang yang jadi sasarannya bisa berupa hospes definitif (akhir), insidentil, carrier, perantara dan hospes mekanik.

Penyakit parasitic  merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menyerang  ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit  bisa mengakibatkan  terganggunnya pertumbuhan, kematian bahkan  penurunan produksi ikan.  Berbagai organisme yang   bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida.
B.  Tujuan Makalah
Tujuan yang dapat diambil dalam makalah ini adalah untuk mengetahui jenis penyakit pada sapi yang disebabkan oleh parasit eksternal.















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Penyakit Caplak
Caplak adalah jenis kutu hewan yang termasuk ke dalam kelompok laba-laba (Arachnida). Ciri khas caplak adalah bagian kepala, dada, dan perut menyatu, berkulit khitin tebal dan keras, larvanya berkaki tiga pasang, sedangkan nimfa dan dewasanya berkaki empat pasang. Pada caplak jantan, skutum menutupi bagian dorsal. Sedangkan caplak betina skutum hanya menutupi sebagian kecil. Caplak sapi yaitu Boophilus microplus termasuk dalam golongan caplak keras. Pada caplak keras dibagian depan (anterior) terlihat ada semacam kepala yang sebenarnya adalah bagian dari mulutnya/kapitulum, basis kapituli sebelah dorsal yang bersegi enam. Spiralkulum bulat atau oval yang berada di depan atau di samping dari keempat coxae. Kepala dan dada serta abdomen tergabung dalam betuk oval atau elips.
Caplak sapi adalah jenis caplak berkulit keras yang dianggap paling penting dalam dunia pertenakan sapi. Karena telah mendatangkan kerugian yang sangat besar bagi peternakan sapi. Dalam keadaan tidak menghisap darah caplak ini berukuran hanya sebesar biji mentimun dan berwarna coklat. Alat penghisap terletak di ujung yang berfungsi untuk menempel dan menghisap darah. Caplak sapi betina dapat mengembang 10-12 kali dari ukuran aslinya sesudah menghisap darah. Caplak sapi terkenal sebagai caplak satu induk yang berarti larva, nimfa, dapat di jumpai pada satu induk semang.
            Beberapa genus dalam penyakit ini yaitu:
1. Boophilus
          Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum dan tidak memiliki festoon. Basis kapituli berbentuk segienam. Caplak ini memiliki hipostoma yang pendek . palpi menonjol ke dorsal dan lateral. Pada lateral skutum terdapat mata. Pada pasangan kaki pertama terdapat celah. Caplak jantan memiliki keping adanal dan keping asesori. Genus ini terdiri dari 5 spesies. Spesies yang penting adalah Boophilus microplus, B. annulatus dan B. decoloratus. Ketiganya merupakan vektor penting piroplasmosis pada sapi di Amerika, Afrika, Asia, Eropa, dan Australia.
2.   Ixodes
          Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum, juga tidak memiiki mata dan festoon. Kapitulum pada kapak betina biasanya lebih panjang dari yang jantan. Segmen kedua dan ketiga palpi menonjol dari dasar, sehingga membentuk sudut antara palpus dengan bagian mulut. Lekuk anus melengkung ke anterior menuju anus disebut prostriate. Pada genus lain lekuk anus terlihat lebih posterior dan disebut metastriate. Pada jantan terdapat tujuh keping ventral yang tersusun dalam tiga baris di medial, yaitu pregenital, medial, dan anal ; sepasang adanal dan sepasang epimeral. Tepi keping epimeral yang terletak sebelah lateral tampak tidak jelas.
          Genus Ixodes memiliki 250 spesies dan sekitar 40 spesies terdapat di Amerika Utara. Contoh spesies dari genus ini antara lain adalah I. ricinus, I. persulcatus, I. rubicundus, dan I. holocyclus.
3.   Dermacentor
          Caplak ini memiliki hiasan skutum. Lekuk anus terletak lebih posterior. Basis kapituli berbentuk segi empat. Pada lateral skutum terdapat mata. Caplak ini memiliki festoon yang berjumlah satu buah. Baik jantan maupun betina memiliki celah pada pasangan koksa pertama. Pada jantan koksa semakin posterior semakin membesar dan koksa terbesar terdapat pada pasangan kaki keempat. Caplak ini tidak memiliki keping ventral.
          Genus ini terdiri dari 31 spesies. Spesies Dermacentor nitens merupakan vektor dalam penularan piroplasmosis pada kuda, sedangkan C. variabilis merupakan vektor tularemia dan Rocky mountain spotted fever pada anjing di Amerika.
4.    Amblyomma
          Caplak ini memiliki hiasan pada skutum. Bagian mulut lebih panjang dari basis kapituli. Segmen kedua palpi dua kali lebih panjang dari segmen ketiganya. Caplak ini memiliki mata dan festoon. Tidak memiliki keping adanal. Spirakel agak segi tiga atau berbentuk koma. Saat ini diketahui genus ini terdiri dari 100 spesies. Spesies yang penting adalah A. maculatum merupakan parasit penting pada sapi di Amerika Serikat.
5.   Haemaphysalis
          Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum dan mata. Pada mata juga tidak didapatkan keping ventral. Basis kapituli berbentuk segiempat dan dasar dari segmen kedua menonjol ke lateral melewaati basis kapituli.   Genus Haemaphysis memiliki 150 spesies. Spesies penting dari genus ini yang dapat menularkan piroplasmosis adalah Haemaphysis punctata. Spesies penting yang lain adalah H. spigniera merupakan vektor penyakit Kyasanur dan H. longicornis yang sering menyerang sapi-sapi di Australia.
6.   Rhipicephalus
          Caplak ini berwarna kemerahan atau coklat kehitaman. Lekuk anus terletaak lebih posterior. Pada pasangan koksa pertama terdapat celah. Caplak jantan memiliki keping adanal dan adanal asesori. Genus ini terdiri dari 63 spesies. Spesies yang termasuk dalam genus ini antara lain R. appendiculatus, R. bursa, R. sanguineus dan R. evertsi.
7.   Hyalomma
          Merupakan caplak yang memiliki perangkat mulut yang panjang. Caplak ini mirip dengan genus Ambylomma, tetapi segmen kedua palpi tidak sama panjang dengan segmen ketiganya. genus ini terdiri dari 21 spesies.


B.  Nematodosis
Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Nematoda atau cacing gilig. Di dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini menghisap sari makanan yang dibutuhkan oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh. Sejumlah besar cacing Nematoda dalam usus bias menyebabkan sumbatan (obstruksi) usus serta menimbulkan berbagai macam reaksi tubuh sebagai akibat toksin yang dihasilkan.
Pada ternak ruminansia telah diketahui lebih dari 50 jenis spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang mempunyai arti penting secara ekonmis, antara lain sebagai berikut :
1.      Haemonchus contortus
Penyakit yang disebabkan oleh cacing Haemonchus contortus disebut
Haemonchosis. Panjang cacing Haemonchus contortus betina antara 18 – 30 mm dan
jantan sekitar 10 – 20 mm. Pada cacing betina secara makroskopis usus yang berwarna merah berisi darah saling melilit dengan uterus yang berwarna putih. Cacing dewasa berlokasi di abomasum domba dan kambing. Siklus hidup Haemonchus contortus dan Nematoda lain pada ruminansia bersifat
langsung, tidak membutuhkan hospes intermediet. Cacing dewasa hidup di abomasum,
memproduksi telur. Telur dikeluarkan oleh ternak bersama-sama pengeluaran feses. Di luar tubuh hospes, pada kondisi yang sesuai, telur menetas dan menjadi larva. Larva stadium L1 berkembang menjadi L2 dan selanjutnya menjadi L3 , yang merupakan stadium infektif. Larva infektif menempel pada rumput-rumputan dan teringesti oleh domba. Selanjutnya larva akan dewasa di abomasum. Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga menyebabkan anemia.
Anemia merupakan gejala utama dari infeksi Haemonchus bersamaan dengan
kehilangan darah dan kerusakan usus. Terlihat busung di bawah rahang , diare, tapi
kadang-kadang kambing sudah mati sebelum diare muncul. Gejala lain yang menonjol, yaitu : penurunan berat badan, pertumbuhan yang jelek dan penurunan produksi susu.
2.      Toxocara vitulorum (Neoascaris vitulorum)
Cacing Toxocara vitulorum termasuk klas Nematoda yang memiliki kemampuan lintas hati, paru-paru dan plasenta. Ukuran panjang cacing betina adalah sebesar 30 cm dan lebar 25 cm, warna kekuning-kuningan dengan telur agak bulat dab memiliki dinding yang tebal. Habitat cacing adalah pada sapi dan kerbau serta berlokasi di usus kecil. Siklus Hidup Telur dalam tinja tertelan oleh sapi atau kerbau dan menetas di usus halus menjadi laeva. Larva kemudian bermigrasi ke hati, paru-paru, jantung, ginjal dan bisa ke plasentadan masuk ke cairan amnion serta masuk ke dalam kelenjar mammae dan keluar bersama kolustrum.
Cara Penularan Terdapat tiga cara penularan cacing Toxocara vitulorum, antara lain makan telur, tertelan tanpa sengaja, lewat plasenta pada saat fetus dan lewat kolustrum pada waktu menyusu induknya. Gejalanya yakni Pada anak sapi atau kerbau terjadi diare dan ternak menjadi kurus. Pernah dilaporkan juga bias menyebabkan kematian. Anak sapi yang tetap hidup akan mengalami gangguan pertumbuhan. Pengobatan dan pencegahan Upata pengobatan cacing ini adalah dengan pemberian piperazin. Pengobatan secara teratur pada anak sapi dan menjaga kebersihan kandang merupakan tindakan pencegahan yang diharuskan.
3.      Oesophagostomum sp.(cacing bungkul)
Cacing bungkul dewasa hidup di dalam usus besar. Disebut cacing bungkul karena bentuk larva cacing ini dapat menyebabkan bungkul-bungkul di sepanjang usus besar. Ukuran rata-rata cacing bungkul dewasa betina antara 13,8-19,8 mm dan Jantan antara 11,2-14 5 mm. Gejala klinis yang ditemukan antara lain kambing kurus, napsu makan hilang, pucat, anemia dan kembung. Tinja berwarna hitam, lunak bercampur lendir atau darah segar.
C.  Fasciolosis
Fasciolosis Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica. Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing dapat bersifat akut. Kerugian akibat fasciolosis ditaksir 20 Milyard rupiah / tahun yang berupa : penurunan berat badan serta tertahannya pertumbuhan badan, hati yang terbuang dan kematian. Disamping itu kerugian berupa penurunan tenaga kerja dan daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit lain yang tidak terhitung. Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.
Gejala Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja yang kering. Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.
Siklus hidupnya yakni Telur fasciola masuk ke dalam duodenum bersama empedu dan keluar bersama tinja hospes definitif. Di luar tubuh ternak telur berkembang menjadi mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke tubuh siput muda, yang biasanya genus Lymnaea rubiginosa. Di dalam tubuh siput mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria. Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan bisa berenang. Pada tempat yang cocok, serkaria akan berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Ternak akan terinfeksi apabila minum air atau makan tanaman yang mengandung kista.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain memberantas siput secara biologik, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek, ternak jangan digembalakan di dekat selokan (genangan air) dan rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan. Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral Valbazen yang mengandung albendazole, dosis pemberian sebesar 10 - 20 mg/kg berat badan, namun perlu perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama kebuntingan, karena menyebabkan abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badanatau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan dengan Dovenix yang berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan
cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg
berat badan dan diberikan secara subkutan.Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.


Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal). Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit “ZOONOSIS” Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit.











BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yakni jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit eksternal pada ternak sapi yaitu:
1.    penyakit caplak adalah jenis kutu hewan yang termasuk ke dalam kelompok laba-laba (Arachnida). Ciri khas caplak adalah bagian kepala, dada, dan perut menyatu, berkulit khitin tebal dan keras, larvanya berkaki tiga pasang, sedangkan nimfa dan dewasanya berkaki empat pasang.
2.    Penyakit Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Nematoda atau cacing gilig. Di dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini menghisap sari makanan yang dibutuhkan oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh.
3.    Penyakit Fasciolosis Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica. Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing dapat bersifat akut.
B.  Saran
Saran yang dapat diberikan setelah membaca makalah ini diharapkan sarannya yang bersifat mendukung dan memotivasi sehingga makalah-makalah selanjutnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bowman, D.D (1999). Georgis’ Parasitology for Veterinery. 8th Ed. Saunders an Imprint of Elsevier Science.
Davey, R. B., J. Garza Jr., G. D. Thompson & R.O. Drummond. 1980.       Ovipositional Biology of the Southern Cattle Tick, Boophilus microplus        in the Laboratory. J. Med. Entomol. 17(2):117-121.
Graham, O. H., J. C. Gonzales, R. A. Bram & L. Beltran. 1975. Ecology and          Control of External Parasites of Economic Importanca on Bovines in Latin America. CIAT. Cali-Colombia. Pp. 77-82.
Harwood, R. F. and M. T. James. 1979. Entomology in Human and Animal            Health. Seventh Edition. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Hendrix, C.M., and E. Robinson. 2006. Diagnostic Parasitology for Veterinary Technicians. 3th Ed. Mosby Inc. an affiliate Elsevier Inc.
Hitchcock, L. F. 1955. Studies on the Non-Parasitic Stage of the Cattle Tick, Boophilus microplus (Can.) (Acarina : Ixodidae). Austral. J. Zool. 3:293-311.
James N,Leah L. 2001. Life Cycle of the Brown Dog Tick, Rhipicephalus sanguineus. [terhubung berkala]. University of Florida.
Lancaster, J. L. and M. V. Meisch. 1986. Arthropods in Livestock and Poultry Production Departement of Entomology. Pp. 167-180. 
Lapage, G. 1962. Moonig’s Veterinary Helminthology and Entomology. 4 ed. London.


5 komentar:

  1. blok yang ditampilkan sangat polos. sedikit di perbaiki tampilannya agar lebih menarik

    BalasHapus
  2. biarmi tawwa polos postingannya,yang penting mudahji dimengerti.
    tingkatkan post-nya say,good luck!

    BalasHapus
  3. mantap.....
    tingkatkan
    lain kali posting lagi yah..

    BalasHapus
  4. Sy cuma mau bertanya gan, kira2 yg mosting in ngerti nga dgn postingan.y ?

    BalasHapus