TUGAS MAKALAH
ILMU PENYAKIT DAN KESEHATAN
TERNAK
(Penyakit Yang Disebabkan oleh
Parasit Eksternal pada Ternak Sapi)

Oleh:
Nama :
NURBAYA
NIM : 60700114001
Kelas : A
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Assalamualaikum
wr.wb.
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “penyembelihan
ternak secara islami”. Salawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kami Muhammad SAW. Yang telah membawa kita
dari alam yang gelap gulita menuju alam terang benderang.
Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan
tugas makalah ini. Kami sadari tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi penulisan maupun istilah-istilah yang kami tuangkan di dalamnya,
sehingga kami meminta kritik dan saran dari para pembaca guna kesempurnaan makalah
kami yang selanjutnya. Sekian, semoga bermanfaat buat kita semua. Amin.
Waalaikumssalam
wr.wb.
Samata, 12 Maret 2016
NURBAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau
fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa
penyebab dan terbagi atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam
(internal ) dan luar (eksternal) . Penyakit internal meliputi
genetic, sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan metabolic.
Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit pathogen
(parasit, jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan dan
nutrisi).
Parasit adalah suatu organisme lebih kecil yang hidup
menempel pada tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Parasit merupakan organisme yang hidupnya merugikan induk semang yang
ditumpanginya. Keberadaan parasit dalam tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya
sebagai parasit. Ada beberapa sifat
hidup dari parasit seperti parasit fakultatif, obligat, insidentil temporer dan
permanen. Penyebarannya di atas permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya siklus hidup, iklim, sosial budaya
atau ekonomi dan kebersihan. Biasanya hospes
atau
induk
semang yang jadi sasarannya bisa berupa hospes
definitif (akhir), insidentil,
carrier, perantara dan hospes
mekanik.
Penyakit parasitic merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan
parasit bisa mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan, kematian
bahkan penurunan produksi ikan. Berbagai organisme yang
bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida.
B.
Tujuan Makalah
Tujuan yang dapat diambil dalam
makalah ini adalah untuk mengetahui jenis penyakit pada sapi yang disebabkan
oleh parasit eksternal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyakit Caplak
Caplak adalah jenis kutu hewan yang termasuk ke dalam
kelompok laba-laba (Arachnida). Ciri khas caplak adalah bagian
kepala, dada, dan perut menyatu, berkulit
khitin tebal dan keras,
larvanya berkaki tiga pasang, sedangkan nimfa dan dewasanya berkaki empat
pasang. Pada caplak jantan, skutum
menutupi bagian dorsal. Sedangkan caplak betina skutum hanya menutupi sebagian kecil.
Caplak sapi yaitu Boophilus microplus termasuk dalam golongan caplak
keras. Pada caplak keras dibagian depan (anterior) terlihat ada semacam kepala
yang sebenarnya adalah bagian dari mulutnya/kapitulum, basis kapituli sebelah
dorsal yang bersegi enam. Spiralkulum bulat atau oval yang berada di depan atau
di samping dari keempat coxae. Kepala
dan dada serta abdomen tergabung dalam betuk oval atau elips.
Caplak sapi adalah jenis caplak berkulit keras yang
dianggap paling penting dalam dunia pertenakan sapi. Karena telah mendatangkan
kerugian yang sangat besar bagi peternakan sapi. Dalam keadaan tidak menghisap
darah caplak ini berukuran hanya sebesar biji mentimun dan berwarna coklat.
Alat penghisap terletak di ujung yang berfungsi untuk menempel dan menghisap
darah. Caplak sapi betina dapat mengembang 10-12 kali dari ukuran aslinya
sesudah menghisap darah. Caplak sapi terkenal sebagai caplak satu induk yang
berarti larva, nimfa, dapat di jumpai pada satu induk semang.
Beberapa genus dalam
penyakit ini yaitu:
1. Boophilus
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada
skutum dan tidak memiliki festoon. Basis kapituli berbentuk segienam. Caplak
ini memiliki hipostoma yang pendek . palpi menonjol ke dorsal dan lateral. Pada
lateral skutum terdapat mata. Pada pasangan kaki pertama terdapat celah. Caplak
jantan memiliki keping adanal dan keping asesori. Genus ini terdiri dari 5
spesies. Spesies yang penting
adalah Boophilus microplus, B. annulatus dan
B. decoloratus. Ketiganya merupakan
vektor penting piroplasmosis pada sapi di Amerika, Afrika, Asia, Eropa, dan
Australia.
2. Ixodes
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum, juga tidak
memiiki mata dan festoon. Kapitulum pada kapak betina biasanya lebih panjang
dari yang jantan. Segmen kedua dan ketiga palpi menonjol dari dasar, sehingga
membentuk sudut antara palpus dengan bagian mulut. Lekuk anus melengkung ke
anterior menuju anus disebut prostriate.
Pada genus lain lekuk anus terlihat lebih posterior dan disebut metastriate. Pada jantan terdapat tujuh
keping ventral yang tersusun dalam tiga baris di medial, yaitu pregenital,
medial, dan anal ; sepasang adanal dan sepasang epimeral. Tepi keping epimeral
yang terletak sebelah lateral tampak tidak jelas.
Genus Ixodes
memiliki 250 spesies dan sekitar 40 spesies terdapat di Amerika Utara. Contoh
spesies dari genus ini antara lain adalah I.
ricinus, I. persulcatus, I. rubicundus, dan I. holocyclus.
3. Dermacentor
Caplak ini memiliki hiasan skutum. Lekuk anus terletak
lebih posterior. Basis kapituli berbentuk segi empat. Pada lateral skutum
terdapat mata. Caplak ini memiliki festoon yang berjumlah satu buah. Baik
jantan maupun betina memiliki celah pada pasangan koksa pertama. Pada jantan
koksa semakin posterior semakin membesar dan koksa terbesar terdapat pada
pasangan kaki keempat. Caplak ini tidak memiliki keping ventral.
Genus ini terdiri dari 31 spesies. Spesies
Dermacentor nitens merupakan vektor
dalam penularan piroplasmosis pada kuda, sedangkan C. variabilis merupakan vektor tularemia dan Rocky mountain spotted fever pada anjing di Amerika.
4. Amblyomma
Caplak ini memiliki hiasan pada skutum. Bagian mulut lebih
panjang dari basis kapituli. Segmen kedua palpi dua kali lebih panjang dari
segmen ketiganya. Caplak ini memiliki mata dan festoon. Tidak memiliki keping
adanal. Spirakel agak segi tiga atau berbentuk koma. Saat
ini diketahui genus ini terdiri dari 100 spesies. Spesies
yang penting adalah A. maculatum
merupakan parasit penting pada sapi di Amerika Serikat.
5. Haemaphysalis
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum dan mata. Pada
mata juga tidak didapatkan keping ventral. Basis kapituli berbentuk segiempat
dan dasar dari segmen kedua menonjol ke lateral melewaati basis kapituli. Genus Haemaphysis
memiliki 150 spesies. Spesies penting dari genus ini yang dapat menularkan
piroplasmosis adalah Haemaphysis punctata.
Spesies penting yang lain adalah H.
spigniera merupakan vektor penyakit Kyasanur dan H. longicornis yang sering menyerang sapi-sapi di Australia.
6. Rhipicephalus
Caplak ini berwarna kemerahan atau coklat kehitaman. Lekuk
anus terletaak lebih posterior. Pada pasangan koksa pertama terdapat celah.
Caplak jantan memiliki keping adanal dan adanal asesori. Genus
ini terdiri dari 63 spesies. Spesies
yang termasuk dalam genus ini antara lain R.
appendiculatus, R. bursa, R. sanguineus dan R. evertsi.
7. Hyalomma
Merupakan caplak yang memiliki perangkat mulut yang
panjang. Caplak ini mirip dengan genus Ambylomma,
tetapi segmen kedua palpi tidak sama panjang dengan segmen ketiganya. genus ini
terdiri dari 21 spesies.
B.
Nematodosis
Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
cacing Nematoda atau cacing gilig. Di dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini
menghisap sari makanan yang
dibutuhkan oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh. Sejumlah besar cacing
Nematoda dalam usus bias menyebabkan sumbatan (obstruksi) usus serta menimbulkan berbagai macam
reaksi tubuh sebagai
akibat toksin yang dihasilkan.
Pada ternak ruminansia telah diketahui lebih dari
50 jenis spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang mempunyai arti penting secara ekonmis, antara lain
sebagai berikut :
1. Haemonchus contortus
Penyakit yang disebabkan oleh cacing Haemonchus contortus disebut
Haemonchosis. Panjang cacing Haemonchus contortus betina antara 18 – 30 mm dan jantan sekitar 10 – 20 mm. Pada cacing betina secara makroskopis usus yang berwarna merah berisi darah saling melilit dengan uterus yang berwarna putih. Cacing dewasa berlokasi di abomasum domba dan kambing. Siklus hidup Haemonchus contortus dan Nematoda lain pada ruminansia bersifat
langsung, tidak membutuhkan hospes intermediet. Cacing dewasa hidup di abomasum, memproduksi telur. Telur dikeluarkan oleh ternak bersama-sama pengeluaran feses. Di luar tubuh hospes, pada kondisi yang sesuai, telur menetas dan menjadi larva. Larva stadium L1 berkembang menjadi L2 dan selanjutnya menjadi L3 , yang merupakan stadium infektif. Larva infektif menempel pada rumput-rumputan dan teringesti oleh domba. Selanjutnya larva akan dewasa di abomasum. Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga menyebabkan anemia.
Anemia merupakan gejala utama dari infeksi Haemonchus bersamaan dengan
kehilangan darah dan kerusakan usus. Terlihat busung di bawah rahang , diare, tapi kadang-kadang kambing sudah mati sebelum diare muncul. Gejala lain yang menonjol, yaitu : penurunan berat badan, pertumbuhan yang jelek dan penurunan produksi susu.
Haemonchosis. Panjang cacing Haemonchus contortus betina antara 18 – 30 mm dan jantan sekitar 10 – 20 mm. Pada cacing betina secara makroskopis usus yang berwarna merah berisi darah saling melilit dengan uterus yang berwarna putih. Cacing dewasa berlokasi di abomasum domba dan kambing. Siklus hidup Haemonchus contortus dan Nematoda lain pada ruminansia bersifat
langsung, tidak membutuhkan hospes intermediet. Cacing dewasa hidup di abomasum, memproduksi telur. Telur dikeluarkan oleh ternak bersama-sama pengeluaran feses. Di luar tubuh hospes, pada kondisi yang sesuai, telur menetas dan menjadi larva. Larva stadium L1 berkembang menjadi L2 dan selanjutnya menjadi L3 , yang merupakan stadium infektif. Larva infektif menempel pada rumput-rumputan dan teringesti oleh domba. Selanjutnya larva akan dewasa di abomasum. Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga menyebabkan anemia.
Anemia merupakan gejala utama dari infeksi Haemonchus bersamaan dengan
kehilangan darah dan kerusakan usus. Terlihat busung di bawah rahang , diare, tapi kadang-kadang kambing sudah mati sebelum diare muncul. Gejala lain yang menonjol, yaitu : penurunan berat badan, pertumbuhan yang jelek dan penurunan produksi susu.
2.
Toxocara vitulorum (Neoascaris vitulorum)
Cacing Toxocara vitulorum termasuk klas Nematoda
yang memiliki kemampuan lintas hati, paru-paru dan plasenta. Ukuran panjang cacing betina adalah
sebesar 30 cm dan lebar 25
cm, warna kekuning-kuningan dengan telur agak bulat dab memiliki dinding yang tebal. Habitat cacing adalah pada sapi dan kerbau serta berlokasi di usus kecil. Siklus Hidup Telur dalam tinja tertelan oleh sapi atau kerbau
dan menetas di usus halus menjadi laeva. Larva kemudian bermigrasi ke hati, paru-paru, jantung, ginjal dan
bisa ke plasentadan
masuk ke cairan amnion serta masuk ke dalam kelenjar mammae dan keluar bersama kolustrum.
Cara Penularan Terdapat tiga cara penularan cacing Toxocara
vitulorum, antara lain makan telur, tertelan tanpa sengaja, lewat plasenta pada saat fetus dan lewat kolustrum pada waktu menyusu induknya. Gejalanya yakni Pada anak sapi atau kerbau terjadi diare dan ternak menjadi kurus.
Pernah dilaporkan
juga bias menyebabkan
kematian. Anak sapi yang tetap hidup akan mengalami gangguan pertumbuhan. Pengobatan dan pencegahan Upata pengobatan cacing ini adalah dengan pemberian
piperazin. Pengobatan secara teratur pada anak sapi dan menjaga kebersihan kandang merupakan tindakan pencegahan yang diharuskan.
3.
Oesophagostomum sp.(cacing bungkul)
Cacing bungkul dewasa hidup di dalam usus besar.
Disebut cacing bungkul karena bentuk larva cacing ini dapat menyebabkan bungkul-bungkul di
sepanjang usus besar. Ukuran rata-rata cacing bungkul dewasa betina antara
13,8-19,8 mm dan Jantan antara 11,2-14 5 mm. Gejala klinis
yang ditemukan antara lain kambing kurus, napsu makan hilang, pucat, anemia dan kembung. Tinja berwarna hitam, lunak bercampur lendir atau darah segar.
C. Fasciolosis
Fasciolosis Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing
Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica.
Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing
dapat bersifat akut.
Kerugian akibat fasciolosis ditaksir 20 Milyard rupiah / tahun yang berupa : penurunan berat badan serta tertahannya pertumbuhan
badan, hati yang terbuang dan kematian. Disamping itu kerugian berupa penurunan tenaga kerja dan daya
tahan tubuh ternak
terhadap penyakit lain yang tidak terhitung. Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.
Gejala Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan
berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja yang kering. Pada keadaan infeksi yang berat
sering kali terjadi
mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.
Siklus hidupnya yakni Telur fasciola masuk ke dalam duodenum bersama
empedu dan keluar bersama tinja hospes definitif. Di luar tubuh ternak telur berkembang menjadi
mirasidium. Mirasidium
kemudian masuk ke tubuh siput muda, yang biasanya genus Lymnaea rubiginosa. Di dalam tubuh siput mirasidium
berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria. Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan bisa berenang.
Pada tempat yang cocok,
serkaria akan berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Ternak akan terinfeksi apabila minum air atau makan
tanaman yang mengandung kista.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan, antara
lain memberantas siput secara biologik, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek, ternak jangan
digembalakan di dekat selokan (genangan air) dan rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan. Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral Valbazen yang mengandung albendazole, dosis pemberian sebesar
10 - 20 mg/kg berat badan, namun perlu perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama
kebuntingan, karena
menyebabkan abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badanatau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan dengan Dovenix yang
berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan
cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan.Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.
cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan.Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.
Pengendalian parasit internal (cacingan)
dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal). Penyakit pada ternak dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya
menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit
“ZOONOSIS” Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh
hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya
secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam
penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang
sakit melalui pemeriksaan ternak yang
diduga sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yakni
jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit eksternal pada ternak sapi yaitu:
1. penyakit caplak adalah jenis kutu
hewan yang termasuk ke dalam kelompok laba-laba (Arachnida). Ciri
khas caplak adalah bagian kepala, dada, dan perut menyatu, berkulit khitin tebal dan keras, larvanya berkaki tiga
pasang, sedangkan nimfa dan dewasanya berkaki empat pasang.
2. Penyakit Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
cacing Nematoda atau cacing gilig. Di dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini
menghisap sari makanan yang
dibutuhkan oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh.
3. Penyakit Fasciolosis Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing
Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica.
Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing
dapat bersifat akut.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan
setelah membaca makalah ini diharapkan sarannya yang bersifat mendukung dan
memotivasi sehingga makalah-makalah selanjutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bowman, D.D (1999). Georgis’ Parasitology for Veterinery.
8th Ed. Saunders an Imprint of Elsevier Science.
Davey,
R. B., J. Garza Jr., G. D. Thompson & R.O. Drummond. 1980. Ovipositional Biology of the
Southern Cattle Tick, Boophilus microplus in the Laboratory. J. Med. Entomol. 17(2):117-121.
Graham,
O. H., J. C. Gonzales, R. A. Bram & L. Beltran. 1975. Ecology and Control of External Parasites of Economic Importanca on Bovines in Latin America. CIAT. Cali-Colombia. Pp.
77-82.
Harwood, R. F. and M. T.
James. 1979. Entomology in Human and
Animal Health. Seventh Edition.
Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Hendrix, C.M., and E. Robinson.
2006. Diagnostic Parasitology for
Veterinary Technicians. 3th Ed. Mosby Inc. an affiliate Elsevier Inc.
Hitchcock, L. F. 1955. Studies on the Non-Parasitic Stage of the
Cattle Tick, Boophilus microplus (Can.) (Acarina : Ixodidae). Austral. J.
Zool. 3:293-311.
James N,Leah L. 2001. Life Cycle of the Brown Dog Tick,
Rhipicephalus sanguineus. [terhubung berkala]. University of Florida.
Lancaster, J. L. and M. V.
Meisch. 1986. Arthropods in Livestock and
Poultry Production Departement of Entomology. Pp. 167-180.
Lapage, G. 1962. Moonig’s Veterinary Helminthology and
Entomology. 4 ed. London.
blok yang ditampilkan sangat polos. sedikit di perbaiki tampilannya agar lebih menarik
BalasHapusbiarmi tawwa polos postingannya,yang penting mudahji dimengerti.
BalasHapustingkatkan post-nya say,good luck!
mantap.....
BalasHapustingkatkan
lain kali posting lagi yah..
Sy cuma mau bertanya gan, kira2 yg mosting in ngerti nga dgn postingan.y ?
BalasHapusLumayan untuk dipelajari.
BalasHapus